IMPLEMENTASI P5 SMANSADE 2024: SORAKAN PENUH GELORA MELALUI GELAR KARYA DAN PASAR RAYA
Selasa,
31 Desember 2024 ~ Oleh Baihaqi Aditya ~ Dilihat 18 Kali
Oleh: Intan Linta Lakuma Ramadhana (Jurnalistik SMAN 1 Demak)
Penyunting: Baihaqi Aditya, S.Pd
SmansadeUpdate-Bagi sebagian besar pelajar, masa ujian berarti tantangan besar. Hari-hari terasa berjalan lebih lambat, pikiran penuh rasa cemas, tubuh lemas, dan tenaga terkuras. Menariknya, kata-kata andalan ‘pasrah’ selalu menjadi opsi terakhir sebelum secarik kertas tiba di meja.
Hal itu justru berbanding terbalik dengan kegiatan P5 (Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila). Para pelajar justru menikmati setiap jengkal kegiatan yang dilaksanakan. Konsekuensinya, tenaga dan kreativitas dikerahkan secara maksimal.
Seminggu sebelum menghadapi final boss alias ujian akhir semester gasal 2024/2025, SMA Negeri 1 Demak menetapkan kegiatan P5 selama tiga hari. Dimulai pada Selasa (19/11/2024) dan puncak sekaligus penutupnya hari Kamis (21/11/2024). Adanya P5 diharapkan dapat mempelajari tema atau isu penting seperti budaya, wirausaha, teknologi, kehidupan berdemokrasi, dan lain sebagainya.
P5 kali ini, khusus untuk kelas XI mengangkat tema Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Keanekaragaman budaya Indonesia berupa tarian daerah dan drama musikal akan menjadi kegiatan utama kali ini. Sementara untuk kelas X dan XII focus tema P5-nya adalah kewirausahaan.
Kamis pagi (21/11/2024), puncak dari kegiatan P5 tiba. Kelas X dan XII mengisi kegiatan Pasar Raya dengan berjualan aneka makanan dan minuman tradisional maupun kekinian. Total 24 stand meramaikan kegiatan Pasar Raya. Sementara, kelas XI siap menampilkan Gelar Karya. Total 12 kelas yang akan tampil. Seluruh pelajar Smansade tentu terlibat kegiatan positif ini.
Cuaca cerah, matahari perlahan menampakkan diri. Keramaian di sekitar sekolah mulai terlihat. Para pelajar yang berlalu lalang kini telah memasuki zona sekolah. Beberapa pelajar sibuk menenteng barang-barang dengan kedua tangannya. Satu dua yang lain hanya menggendong sebuah ransel.
Pagi itu. Sekitar pukul 07.30 WIB cakrawala Smansade menampakkan suasana sangat ramai. Musik berputar hingga terdengar ke seluruh penjuru sekolah. Momen spektakuler tiba. Lapangan kini penuh dengan 24 stand yang berjejer rapi, panggung berdiri lengkap dengan sound system di sebelahnya. Seperempat lapangan beralaskan karpet merah menjadi ‘medan perang’ 12 kelas nantinya menampilkan suatu pertunjukan.
Kelas X dan XII fokus menata peralatan jualan di stand, menyiapkan bahan-bahan yang siap diolah dan mulai bergulat dengan pisau dan kompor. Sementara, kelas XI berada di kelas fokus menyiapkan properti, kostum dan make-up untuk pentas seni.
Kemeriahan Pasar Raya Smansade 2024
Dokumentasi Pribadi
Panitia mulai menempatkan diri. Master of Ceremony (MC) membuka acara, menyapa civitas Smansade. Acara resmi dimulai. Kepala SMAN 1 Demak, Solikhin, S.Pd., M.P membuka kegiatan Gelar Karya dan Pasar Raya P5.
“Wadah positif untuk menumbuhkan kreasi dan belajar mengenal serta mencintai budaya nasional. Wujud dari berbeda-beda tapi tetap satu dilakukan melalui aksi nyata hari ini. Selamat menampilkan yang terbaik untuk anak-anakku. Selamat berkarya dan belajar berwirausaha,” tutup kepala sekolah yang hobi bermusik tersebut.
Penampilan guest star barongan Bibisawijoyo dari Singorejo menjadi pembuka acara. Barongan merupakan kebudayaan yang dilestarikan oleh masyarakat Demak. Seni Barongan memiliki peran masing-masing, di antaranya sebagai penari kuda lumping, pemain barongan, pengrawit, penari butonan dan narator. Selain itu, ada atraksi tipis yang ditunjukkan.
Seni Barongan sebagai bagian dari budaya Nusantara
Dokumentasi Pribadi
Mereka mulai tampil, gerakannya selaras. Para pelajar berhamburan menuju lapangan tengah, semua berdecak kagum, antusias menyaksikan penampilan. Barongan diiring dengan musik tegas. Tepuk tangan menggelegar. Pertunjukan guest star tersebut kurang lebih selama 20 menit.
Disela-sela kerumunan itu, Pasar Raya siap dibuka. Siswa-siswi kelas X maupun XII yang berperan sebagai penjual sekaligus sales marketing saling bersahutan mempromosikan dagangannya. Ada yang sibuk memasak, mengantarkan pesanan, dan membuat list pesanan. pembeli mulai berdatangan, memesan, lalu kembali mencari posisi ternyaman untuk menonton penampilan selanjutnya.
Menu yang ditawarkan berbentuk kudapan ringan seperti: risoles, cireng, kue mochi, pisang aroma, dimsum, dan masih banyak lagi. Maknan berat juga disajikan. Nasi kepal, nasi ayam geprek, dan steak contohnya. Sedangkan jenis minuman yang didagangkan mayoritas bertipe kekinian. Semisal: fruit jelly ball, fruit smoothies, sago mango, es campur, es alpukat, dan sejenisnya.
Sementara itu, pagelaran Gelar Karya juga dimulai. kelas XI-4 menjadi peserta pertama pentas seni. Mereka membawakan drama musikalisasi Ken Arok. Berisi kisah asmara Ken Arok dengan Ken Dedes di zaman kerajaan Singosari (Sekitar abad ke-12). Drama musikalisasi adalah kolaborasi antara musik, gerakan, dan tarian yang menggambarkan suatu cerita. Serentak semuanya menyiapkan diri lengkap dengan aksesoris yang memukau. Sambil menunggu dipersilahkan, embusan nafas berkali-kali dilakukan, sebuah usaha menghilangkan rasa grogi. Menjadi yang pertama kadang selalu berhasil membuat sebagian kehilangan rasa percaya diri.
Tepukan dan sorakan bergemuruh. Penampilan kedua, kelas XI-3 mulai memasuki area tengah. Menampilkan drama musikalisasi Jaka Tarub, sebuah folklore legendaris Nusantara yang mengisahkan seorang pemuda menikahi bidadari dan keajaiban-keajaiban yang mengiri hidupnya.
Kemudian bergilir kelas-kelas berikutnya sesuai list yang telah disepakati (Kelas XI-1 Tari Piring, XI-2 Wayang Orang, XI-6 Tari Wonderland). Semua kelas menyiapkan diri dengan maksimal, semua usahanya luar biasa, tampil keren dengan ciri khas penuh kreativitas dan mampu mengkreasikan secara modern penuh inovasi.
Terkhusus kelas XI-9 dan XI-10 wajib menampilkan Barongan. Koordinator P5 telah memutuskan demikian karena anggota kelas dominan laki-laki. Mereka tampil kurang lebih mirip dengan penampilan Barongan di awal acara. Namun tetap ada inovasi dan kreasi tersendiri.
Setengah hari berlalu, total sudah tujuh kelas yang tampil. Pukul 11.30 WIB menandakan waktu istirahat. Satu persatu meninggalkan area lapangan, menepi ke tempat yang teduh dari teriknya matahari. Beberapa masih ada yang sibuk berjualan, menawarkan dagangannya. Walau sudah ada satu-dua stand yang di bersihkan, pertanda jualan telah habis.
Istirahat berakhir, acara kembali dilanjutkan. Kelas XI-8 tampil bersama rombongannya membawakan Tari Saman yang berasal dari wilayah Gayo di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Dilanjutkan penampilan dari XI-7 dengan Tarian Yapong.
Sekitar pukul 13.30 WIB, tiba kelas XI-11 akan bersiap diri, menunggu giliran untuk tampil di hadapan juri. Ketika properti sudah disiapkan, seketika geledek petir menyambar keras sekali. Langit yang tadinya cerah, berubah gelap. Gumpalan awan hitam tiba, perlahan rintik hujan turun. Awalnya rintik kecil, namun sesaat kemudian berganti hujan deras. Suasana menjadi ricuh. Panitia segera memberikan instruksi untuk pindah ke aula sekolah. Semua berbondong-bondong menuju titik rendezvous darurat yang telah ditetapkan tersebut.
Panitia segera melanjutkan acara. Kelas XI-11 mulai menampilkan Tari Topeng khas Cirebon, Jawa Barat. Ciri utama tarian ini adalah para penari akan menggunakan topeng untuk menutupi wajahnya. Setelah penampilan dari XI-11, giliran kelas XI-12 perform dengan membawakan Tari Zapin khas wilayah pesisiran.
Hanya sebentar hujan turun, kurang lebih 35 menit, lantas pergi meninggalkan beberapa titik genangan air di lapangan. Langit masih lembab, daun masih basah, embusan angin dingin juga masih terasa. Tiba di penghujung acara, kelas XI-5 menampilkan drama musikal Rama-Shinta. Kerennya, mereka menggunakan properti cukup besar dan semua anggota kelas mendapatkan peran, maka ketua kelas XI-5 meminta kepada panitia supaya diperbolehkan tampil di lapangan terbuka. Melalui berbagai pertimbangan, terlebih hujan juga sudah mereda, akhirnya izin didapatkan.
Pembawa acara kembali bersuara, mempersilahkan untuk tampil. Penonton kembali memenuhi lapangan. Lima menit pertama, mereka bertepuk tangan, sorakan mulai dilontarkan. Kisah cinta antara Rama dan Shinta menjadi sejarah yang selalu terpatri dan abadi. Sayembara serta penculikan yang dilakukan Rahwana seketika menjadi objek yang menarik perhatian publik. Kelas XI-5 berhasil menampilkan drama tersebut secara ringkas namun detail. Seluruh warga Smansade berdecak kagum dan nyaris terbawa suasana dengan drama tersebut.
Sesuai penampilan Rama-Shinta. Penuh totalitas
Dokumentasi Pribadi
Kegiatan Gelar Karya berakhir. Dilanjutkan sesi bersih-bersih kelas dan stand. Pukul 15.30 WIB menandakan jam sekolah telah usai. Setelah semua selesai dibersihkan, maka diperbolehkan pulang. Itulah sepucuk kegiatan di hari kamis, penuh keramaian, perut kenyang, semua senang dan akan menjadi kenangan . Perolehan juara juga diadakan. Baik dari kegiatan pentas seni maupun pasar raya sebagai wujud apresiasi.
Sebagai info tambahan, pada Gelar Karya dan Pasar Raya P5 Smansade 2024 didapatkan untuk kategori Pasar Raya kelas X didaapatkan oleh kelas X-1 (juara I), X-2 (juara II), dan X-4 (juara III). Sedangkan Pasar Raya untuk kelas XII diamankan kelas XII-1 (juara I), XII-3 (juara II), dan XII-9 (juara III).
Sementara itu, kategori penampilan Gelar Karya terbaik direngkuh kelas XI-5 Rama-Shinta (juara I), XI-6 Tari Wonderland (juara II), dan XI-10 Seni Barongan (juara III).
Sebagai generasi kurikulum merdeka, generasi penerus bangsa, serta pelajar Smansade, tentunya harus terus melestarikan dan memperkenalkan budaya. (BA/ILLR).
Sekolah P5 Budaya