; ; ;

SMA Negeri 1 Demak

Jl. Sultan Fatah No. 85 Demak

Maju Bersama Hebat Semua

Lebih Mencintai Alam dengan Mendaki : Belajar Sekaligus Menekuni Hobi

Rabu, 07 Pebruari 2024 ~ Oleh Baihaqi Aditya ~ Dilihat 410 Kali

Oleh: (1) Nanda Awaliyah Untari (Jurnalistik Smansade, X-1)

         (2) Fara Rabbani Syihab (Jurnalistik Smansade, X-1)

Penyunting : Baihaqi Aditya, S.Pd

Smansade Update - Kegiatan mendaki kini menjadi salah satu hobi bagi sebagian orang. Tak terkecuali bagi kalangan remaja. Kategori usia remaja merupakan proses peralihan dan transit sementara dari anak-anak menuju pendewasaan diri. Proses belajar pendewasaan diri haruslah diisi dengan kegiatan positif sekaligus menambah wawasan, salah satunya melalui kegiatan pendakian.

Tak sekedar pengisi waktu luang, pendakian (hiking) juga menjadi salah satu cara untuk lebih menjiwai alam. Selain itu, pendakian dapat dijadikan sebagai wadah untuk lebih sigap dalam menghadapi tantangan yang datang tiba-tiba dalam mengarungi kehidupan, memaksimalkan anugerah berupa akal pikiran untuk mencari solusi yang efektif, dan tentu saja membuat diri berani mencoba hal baru dengan keluar dari zona nyaman sekaligus dekatkan diri dengan alam.

Tak dipungkiri, tidak semua individu memiliki passion untuk melakukan pendakian. Salah satunya karena masih ragu-ragu untuk memulainya. Takut dan belum tahu harus memulai dari mana saja dan apa pula yang harus dipersiapkan matang-matang sehingga benar-benar safety.

Agar dapat menjawab yang demikian, maka dibutuhkan pengenalan dan pemahaman tentang materi survival, SAR, dan Repling.

Materi survival sendiri berisi tentang kiat-kiat mampu bertahan hidup di alam bebas. Diantaranya yaitu adalah:

1. berfikir tenang (positive mindset)

Adakalanya saat kita merasa melanggar mitos yang ada disuatu wilayah gunung, kita langsung merasakan sesuatu hal-hal janggal. Secara ilmiah, hal tersebut merupakan efek psikologis yang dialami seseorang setelah melanggar peraturan. Rasa bersalah yang berlebih membuat fokus terpecah dan menghilangkan konsentrasi.

Melansir dari halaman eigeradventure.com, untuk menghadapi hal semacam ini yang perlu dilakukan adalah berhenti sejenak dan kuasai diri, pikirkan semua yang sudah terjadi, lalu observasi lingkungan sekitar dan rencanakan langkah selanjutnya. Terdengar sederhana, namun langkah mendasar seperti ini bisa memberikan dampak besar yang positif dalam pendakian.

2. Memahami Navigasi

Pahami dasar-dasar ilmu navigasi. Tujuan praktis dari mempelajari navigasi ini yaitu untuk menentukan titik awal perjalanan, titik akhir perjalanan, dan arah jalur perjalanan. Navigasi juga berguna untuk meminimalisir potensi tersesat saat mendaki. Perangkat navigasi dapat berbentuk Kompas maupun peta. Baik yang konvensional maupun digital (dengan catatan memiliki sinyal seluler yang cukup kuat).

3. Pelajari teknik mencari sumber makanan di alam bebas

Kesiapan konsumsi merupakan hal vital dalam pendakian. Idealnya sebelum mendaki harus dipastikan kecukupan logistik untuk berangkat dan pulang. Namun tidak menutup kemungkinan di tengah perjalanan logistik yang dibawa sudah menipis. Saat seperti inilah dibutuhkan kemampuan dasar untuk mencari dan menemukan sumber makanan di alam bebas yang aman bagi pencernaan.

Salah satunya memilih tumbuhan yang dikonsumi oleh primata hutan (kera, monyet, dan sejenisnya) seperti buah-buahan liar yang umum dikonsumsi manusia dan kacang-kacangan. Alternatif lainnya yaitu mengkonsumsi kelompok jamur-jamuran seperti: jamur tiram, jamur kancing, dan jamur kuping liar. Daun-daunan juga dapat dijadikan sebagai daftar yang layak dikonsumsi di alam liar seperti daun pakis, daun pohpohan, daun semanggi, dan daun senggani yang banyak tumbuh liar.

Bagaimana jika kekurangan air? Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mendapatkan air seperti mencari semacam sungai kecil, danau kecil, maupun sumber mata air terdekat dari posisi lokasi pendakian. Dapat juga mengambil tetesan-tetesan air dari dedaunan, embun, maupun dari batang bambu yang kaya akan kandungan air.

4. Mendirikan tenda yang baik dan benar.

Tenda merupakan alat berlindung bagi para pendaki dari hujan maupun terpaan angin malam. Membangun tenda tidak dapat secara asal-asalan. Langkah pertama harus mencari tempat yang datar dan terhindar dari sengatan matahari langsung. Buat juga jarak yang cukup, kurang lebih 5 meter dari api yang sering dibuat para pendaki.

Selain ke-4 materi survival tersebut, tentunya harus paham mengenai SAR (Search and Rescue). Hal tersebut penting karena ketika dalam kondisi darurat, pendaki dapat menghubungi tim SAR melakukan pencarian, pertolongan dan penyelamatan. Tim SAR sangat dibutuhkan ketika ada pendaki yang terluka maupun tersesat ketika sedang melakukan pendakian.

Selain survival dan SAR, hal yang mesti perhatikan ialah pengaplikasian repling. Semacam kemampuan menuruni ketinggian dengan menggunakan media tali karmantel dari atas ke bawah.

Beberapa penjelasan diatas merupakan hal-hal yang harus dipahami untuk sebelum mantap melakukan pendakian. Sementara itu, di lingkungan SMAN 1 Demak juga mewadahi minat dan passion siswa-siswi terhadap alam. Adalah ekstrakurikuler Pecinta Alam Swapala Kalijaga namanya.

 

Pengukuhan Syal Oranya dan Syal Biru Dibawah Keagungan Gunung Ungaran

Pada Desember 2023 silam, tepatnya di Hari Jumat (15/12/23) diadakan kegiatan pengukuhan dan pendakian oleh Pecinta Alam Swapakalijaga berkolaborasi dengan Science Club SMAN 1 Demak. Gunung Ungaran menjadi destinasinya.

Acara ini merupakan agenda rutin yang dilakukan kedua ekstrakulikuler tersebut untuk mengisi waktu luang liburan, sekaligus mempererat solidaritas antar anggota. Kegiatan pendakian di Gunung Ungaran dimulai dengan upacara pembukaan oleh pembina ekstra. Kemudian dilanjutkan dengan kegiatan masing-masing baik Science Club maupun Swapala Kalijaga. Kedua ekstrakurikuler ini memiliki kegiatan yang berbeda walaupun berada di lokasi yang sama.

Selama berada di Gunung Ungaran, Swapala Kalijaga memiliki kegiatan  yang seru dan menyenangkan. Materi survival dan menerapkannya pada kegiatan ini tentang cara-cara bertahan hidup di alam bebas. Diantaranya mencari sumber makanan ketika berada di alam bebas dan bagaimana mendirikan tenda yang baik dan benar. Selain itu, juga diajarkan pemahaman mengenai navigasi, Save and Rescue (SAR) dan ilmu repling.

Selain di berikan materi survival, anggota ekstrakurikuler Swapala Kalijaga juga diberikan materi lain diantaranya ada SAR yang merupakan singkatan dari search and rescue, yang mempunyai arti usaha untuk melakukan pencarian, pertolongan dan penyelamatan di saat keadaan darurat. Tim SAR sangat di butuhkan ketika ada pendaki yang hilang dan terluka ketika sedang melakukan pendakian di Gunung.

Tidak kalah dari ekstrakurikuler Swapala Kalijaga, ekstrakurikuler Science Club juga memiliki kegiatan yang seru. Anggota Science Club juga melakukan pendakian sama seperti anggota Swapala Kalijaga, melakukan penjelajahan selama di Gunung Ungaran serta menjawab berbagai macam kuis yang diberikan.

Kegiatan Pendakian di Gunung Ungaran ini meninggalkan kesan yang mendalam bagi para pesertanya.

“Menantang dalam menghadapi kegiatan yang menimpa tiap harinya, mengasah pikiran kita untuk keluar dari permasalahan menggunakan Solusi yang efektif dan efisien. Aktivitas yang di lakukan membuat kita lebih berani untuk keluar dari lingkaran zona nyaman,” Ucap Tri Buana Candra Dewa, salah satu anggota ekstrakurikuler Science Club.

Rekam dokumentasi keseruan Swapala Kalijaga dan Science Club SMAN 1 Demak dapat dilihat pada akun instagram @swapalakalijaga.smansade dan @scsmansade.

Melalui alam dapat memunculkan rasa syukur dan cinta kepada Dzat Yang Maha Mencipta. Kenali alam, mulai pendakian, dan tumbuhkan kekaguman. (NAU/FRS/BA/Hum).

Sekolah Ekstrakurikuler Bakat-minat

KOMENTARI TULISAN INI

  1. TULISAN TERKAIT