; ; ;

SMA Negeri 1 Demak

Jl. Sultan Fatah No. 85 Demak

Maju Bersama Hebat Semua

Live In MOS Smansade 2024: Akhir Tahun, Pahatkan Pengalaman di Desa Berkabut Lereng Gunung Merbabu yang Mengagumkan

Selasa, 31 Desember 2024 ~ Oleh Baihaqi Aditya ~ Dilihat 59 Kali

Oleh: Arum Fakhrunnisa, XI-5 (Jurnalistik SMA Negeri 1 Demak)

Penyunting: Baihaqi Aditya, S.Pd

Haus akan pengalaman nyata, siswa-siswi Smansade ikuti giat Live In (dulu disebut homestay). Wadah ekspresi diri, berkreasi, berinteraksi, dan mengukir memori. Inilah rekapan perjalanan live in 2024 Desa Ngrangsong, hunian penduduk di kaki Gunung Merbabu.  

Hari Pertama (21/12/2024)

Pagi itu, sebelum matahari sepenuhnya menyinari langit dan udara masih menyisakan kesejukan, para peserta dan panitia kegiatan Live in MOS (MPK-OSIS)2024 sudah menyemburkan semangat yang menyala-nyala. Jam menunjukkan pukul 05.00 WIB, dan di sudut lapangan depan SMA Negeri 1 Demak, beberapa peserta tampak sibuk mempersiapkan perlengkapan terakhir. Mereka memastikan setiap barang yang perlu dibawa sudah ada dalam tas masing-masing. Seketika, sirine pengeras suara terdengar nyaring. Memanggil peserta untuk membentuk barisan sesuai dengan kelompok yang telah ditentukan. Pembekalan dan pemberangkatan segera dimulai.

Hadir dihadapan panitia dan peserta, Kepala SMA Negeri 1 Demak, Solikhin S.Pd., M.Pd., berdiri dengan penuh wibawa. Mengenakan kaos berwarna cerah dan topi yang menambah kesan tegas. Beliau membuka acara dengan sambutan hangat dan penuh makna.

“Kalian harus bisa beradaptasi dengan warga lokal yang budayanya berbeda. Ingat, jaga kehormatan diri, keluarga, dan sekolah,” ucapnya penuh semangat.

Dua bus besar yang didominasi warna abu-abu mulai memunculkan desisan halus.Perlahan namun pasti, mesin dan roda kendaraan saling beresonansi. Menandakan perjalanan menuju Desa Ngagrong dimulai. Suasana di dalam bus penuh tawa dan antusiasme. Menyambut perjalanan panjang yang akan membuka cakrawala mereka terhadap dunia yang lebih luas. Membawa menuju petualangan yang sarat dengan kejutan dan pelajaran.

Sekitar pukul 10.00 WIB, rombongan tiba di lapangan Desa Ngagrong. Di sana, para peserta langsung membentuk barisan sesuai dengan nomor kelompok. Barisan paling kanan diisi oleh nomor kelompok terkecil dan seterusnya. Udara pagi yang hangat dan angin lembut membawa kedamaian, menenangkan jiwa. Kepala desa, kepala dusun, waka kesiswaan SMA Negeri 1 Demak, pembina MPK-OSIS, dan guru pendamping juga hadir di titik rendezvous tersebut.

Setelah apel pembukaan sekaligus memberikan sambutan selamat dating dari pihak desa, peserta melanjutkan  perjalanan menuju rumah induk semang masing-masing. Tempat tinggal peserta tersebar di tiga dusun: Ngargosari, Tonolayu, dan Kajongan.  Jarak yang cukup jauh pada tiga dusun tersebut tidak menjadi masalah besar. Pihak desa menyediakan kendaraan mobil bak terbuka (pick up) agar lebih efektif dan efisien.

 

Para peserta telah tiba di lapangan Desa Ngagrong,Kecamatan Gladagsari, Kab. Boyolali.

Dokumentasi Pribadi

Setelah perjalanan panjang—baik dengan kendaraan mobil pikap maupun berjalan kaki melewati jalan berliku yang dihiasi pepohonan—akhirnya para peserta tiba di rumah induk semangnya masing-masing. Wajah-wajah hangat menyambut mereka. Menawarkan kenyamanan dan kedamaian untuk peristirahatan selama kegiatan berlangsung. Ramah tamah bukan sekadar percakapan biasa; ini adalah pertukaran cerita yang memperkaya satu sama lain. Mereka berbicara tentang kehidupan sehari-hari, perbedaan kehidupan kota dan desa, harapan dan cita-cita, serta pentingnya kebersamaan dalam hidup. Tawa riang terdengar memenuhi rumah yang penuh dengan kehangatan. Bersamaan dengan itu, keeratan juga didukung dari aspek kegiatan membantu induk semang memasak yang juga diselingi oleh canda dan tawa.

Setelah berbincang beberapa waktu, peserta bersiap melanjutkan perjalanan menuju Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPQ) desa setempat. Peserta akan melakukan praktek bimbingan belajar dan perlombaan berhadiah di tempat tersebut. Perlombaan yang mayoritas diikuti oleh anak-anak desa berlangsung dengan meriah dan penuh semangat. Para peserta mengajar dengan antusias: mengaji, mewarnai, bermain mozaik biji-bijian, serta mengenalkan bahasa inggris dasar. Beralih ke halaman TPQ, perlombaan seru pun digelar. Mulai dari estafet karet, permainan tutup botol, tebak nama hewan, hingga lari melewati gelas. Sesi pembagian hadiah dilanjutkan dengan foto bersama yang dipenuhi kebahagiaan. Tampak jelas senyum puas di wajah semua peserta.

Lomba mewarnai bersama generasi masa depan Desang Ngagrong

Dokumentasi Pribadi

Setelah perlombaan di TPQ selesai, agenda malam pun menanti. Senja mulai turun, para peserta bergerak menuju rumah Pak Widodo selaku salah satu figur penting di Desa Ngagrong. Kedatangan peserta disana guna menampilkan pentas seni gabungan MPK-OSIS. Beberapa peserta sudah mengenakan kostum adat dan berlatih dengan penuh semangat. Mempersiapkan penampilan terbaik mereka.

Malam itu, pentas seni dimulai dengan gegap gempita. MPK A30 dan OSIS A62 membuka acara dengan tarian tradisional yang dipadukan nuansa modern dalam sebuah pertunjukan Tari Wonderland. Gerakan tari yang penuh warna dan energi itu membius penonton, membuat suasana semakin meriah dengan tepuk tangan yang menggema. Setelahnya, giliran MPK A31 dan OSIS A63 menutup acara dengan sebuah sendratari bertema perjuangan dan kebersamaan. Para pemain berakting dan mendalami perannya masing-masing dengan baik. Membawa penonton hanyut dalam alur cerita. Ketika tiba pada adegan puncak, suasana menjadi begitu emosional. Tepuk tangan yang membahana menutup pertunjukan dengan gemuruh. Semua merasa puas, meskipun acara ini tidak bertujuan untuk meraih pujian, melainkan untuk menumbuhkan kecintaan terhadap seni dan budaya.

Tampilan pentas seni sarana mengenalkan budaya 

Dokumentasi Pribadi

Malam semakin larut. Satu per satu peserta mulai meninggalkan kediaman Pak Widodo untuk kembali ke rumah induk semangnya. Jalanan desa yang sepi, hanya diterangi cahaya bulan tampak begitu damai. Meski lelah, wajah mereka tak bisa menyembunyikan kebahagiaan. Sesampainya di rumah induk semang, suasana kembali tenang. Para peserta beristirahat, mempersiapkan diri untuk agenda panjang esok hari.

Hari Kedua (22/12/2024)

Pagi itu, desa masih diselimuti kabut tipis yang perlahan menguap seiring dengan terbitnya mentari dari balik gagahnya Gunung Merbabu. Suara kokokan ayam menggema di udara yang masih sejuk. Menyambut fajar yang perlahan menyinari bumi. Semilir angin pagi membawa harum tanah yang basah, memberi kesegaran di awal hari. Para peserta dengan penuh semangat bersiap menyambut rangkaian kegiatan yang menanti. Perlahan, siluet Gunung Merbabu mulai terlihat, seakan menyapa mereka dengan keagungannya. Memberikan semangat untuk memulai perjalanan hari itu.

Belajar bercocok tanam komoditas lokal sekaligus membantu induk semang

Dokumentasi Pribadi

Setelah sarapan bersama yang penuh keakraban, para peserta bersiap untuk melaksanakan tugas pertama di pagi yang cerah ini: Membantu induk semang di ladang. Musim bertanam telah tiba, dan ladang-ladang yang subur itu memerlukan tenaga ekstra untuk menyambut bibit-bibit yang akan disemai. Tanah yang masih lembab setelah diguyur hujan semalam tampak siap untuk dikerjakan. Setiap kelompok mendapatkan tugas sesuai dengan jenis lahan yang mereka kelola. Beberapa kelompok bertanggung jawab untuk menyemprotkan pestisida, menata pupuk, bahkan mengemas pupuk yang siap dipakai. Setelah pekerjaan di ladang selesai, para peserta bergegas bersiap untuk melanjutkan kegiatan berikutnya yang tak kalah menarik.

Kegiatan selanjutnya adalah memasak bersama. Terdapat kejutan dalam giat memasak tersebut. Yaitu kelompok-kelompok dibentuk secara acak. Peserta diberi tugas untuk menyiapkan hidangan yang nantinya akan dibagikan kepada warga sekitar sebagai wujud nyata penerapan P5 (Penguatan Profil Pelajar Pancasila). Setiap langkah mereka dalam proses memasak penuh dengan keceriaan. Tak hanya belajar mengolah bahan menjadi hidangan yang lezat, namun mereka juga merasakan kebersamaan yang terjalin erat di antara mereka.

Memasak bukan sekadar soal menciptakan makanan, tetapi juga berbagi cerita, mengajarkan nilai gotong-royong, dan mempererat persahabatan. Masakan akhirnya siap, hidangan tersebut dibagikan kepada warga desa dengan senyum penuh kebahagiaan. Warga menerima dengan penuh rasa terima kasih. Wajah-wajah mereka yang sederhana namun tulus, menjadi pengingat bagi para peserta akan pentingnya berbagi kebahagiaan. Kegiatan ini bukan hanya soal memberi, tetapi tentang membangun jembatan persaudaraan yang melampaui batas ruang dan waktu.

Hari pun berjalan semakin sore, dan kegiatan mulai mendekati akhir. Setelah makan siang bersama yang penuh canda dan tawa, suasana hati menjadi hangat. Para peserta mulai berkemas. Mengucapkan selamat tinggal kepada induk semang mereka. Perasaan yang campur aduk antara suka cita karena telah menyelesaikan tugas, namun juga terselip kesedihan karena harus berpisah. Meskipun demikian, mereka tahu bahwa setiap momen yang mereka jalani di desa ini akan menjadi kenangan yang tak mudah terlupakan. Mereka berkumpul di lapangan terbuka untuk mengikuti apel penutupan kegiatan. Meski lelah, mereka berdiri tegak, penuh kebanggaan, menyadari betapa banyak hal yang telah mereka capai bersama. Mereka pulang tidak hanya membawa memori tentang lomba dan pentas seni, tetapi juga kenangan akan kerja keras di ladang, kebersamaan saat memasak, dan semangat gotong royong yang mengalir dalam setiap tindakan mereka.

Malam pun semakin larut, dan satu per satu, peserta mulai beristirahat dengan senyum tersungging di bibir. Mereka tahu bahwa meski kegiatan ini telah berakhir, semangat yang telah mereka tanamkan dalam hati akan terus menyala dan menginspirasi langkah mereka menuju hari esok yang lebih cerah.

Live In MOS Smansade 2024 selesai. (BA/AF).

Sekolah Homestay Feature

KOMENTARI TULISAN INI

  1. TULISAN TERKAIT