Peringati 93 Tahun Sumpah Pemuda Dengan BERSATU,BANGKIT, DAN TUMBUH
Kamis,
28 Oktober 2021 ~ Oleh Baihaqi Aditya ~ Dilihat 1166 Kali
SMANSADENews- Minggu, 28 Oktober 1928 suasana di gedung Indonesische Clubhuis Kramat terlihat berbeda dari biasanya. Suasana riuh, jelas dan padat dapat dirasakan di udara pada waktu itu. Kemeriahan semakin membuncah tatkala alunan instrumental lagu Indonesia Raya melalui gesekan biola selesai dimainkan oleh sang violinis yang kelak namanya berkibar. Satu hari bersejarah kembali terpatri selamanya bagi bangsa Indonesia. Sumpah Pemuda telah diresmikan.
Muhammad Yamin, Soegondo Jojopoespito, Soenario Sastrowardoyo, Amir Syarifuddin, Johannes Leimena, Kartosuwiryo, Sie Kong Liong, dan Wage Rudolf Supratman adalah beberapa nama besar dan merupakan para pemuda potensial yang merancang dan menginisasi Sumpah Pemuda. Dilansir dari museumsumpahpemuda.kemdikbud.go.id, melalui kontribusi besar mereka ditambah berbagai dukungan dari organisasi bersifat kepemudaan seperti Perhimpoenan Peladjar-Peladjar Indonesia (PPPI), Jong Java, Jong Bataks Bond, Jong Celebes, Jong Islamieten Bond, Katholikee Jongelingen Bond, Sekar Rukun dan lainnya hari bersejarah tersebut tercipta.
Mengaku Bertumpah Darah yang Satu, Tanah Indonesia; Mengaku Berbangsa yang Satu, Bangsa Indonesia; dan Menjunjung Bahasa Persatuan, Bahasa Indonesia menjadi inti penegas dari konggres bersejarah tersebut. Hal tersebut mengindikasikan bahwa para pemuda melepas atribut kedaerahan mereka dan mengkonversinya menjadi rasa persatuan dan nasionalisme Indonesia sebagai wujud cita-cita mulia agar lepas dari belenggu penjajahan.
Semangat nasionalisme yang dijunjung para pemuda pada waktu pada prosesnya berdampak besar bagi perjuangan meraih kemerdekaan 17 tahun kemudian. Soekarno selaku proklamator bangsa meyakini bahwa generasi muda kelak yang akan menentukan nasib dan masa depan bangsa. Melalui quote-nya yang legendaris “Beri aku seribu orang tua, nisacaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Beri aku sepuluh pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia!”.
Kini, sembilan puluh tiga tahun telah berlalu sejak sejak Sumpah Pemuda 1928 dideklarasikan. Generasi telah berganti, akan tetapi tantangan setiap zaman akan terus bertransformasi. Jika saat itu semangat nasionalisme dicurahkan agar Indonesia dapat lepas dari rantai penjajahan, kini generasi Indonesia abad milenial harus bertahan dan berjibaku dengan pandemi yang mengancam berbagai sektor dalam negeri.
Dikutip dari laman website Kemenpora, peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-93 pada 28 Oktober 2021 mengusung tema “Bersatu, Bangkit dan Tumbuh”. Tema tersebut menggambarkan semangat persatuan dan kesatuan dalam keberagaman bangsa Indonesia. Tentu hal tersebut dapat diaplikasikan pada kehidupan para pemuda atau pelajar, khususnya civitas Smansade.
Bersatu, yakni memperkuat jiwa persatuan dalam keberagaman sebagai bagian dari Bangsa Indonesia. Rasa toleransi, tenggang rasa, dan menghargai perbedaan yang ada dapat diwujudkan dalam kehidupan pelajar sehari-hari. Penerapan laku seperti ini secara langsung juga ikut membentuk jiwa-jiwa pancasilais agar semakin kokoh.
Bangkit, menekankan pada partisipasi para pemuda atau pelajar dalam melawan invasi pandemi Coronavirus Disease-19 yang saat ini masih mewabah. Pengaplikasian 5M (memakai masker, mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir, menjaga jarak, menjauhi kerumunan dan membatasi mobilitas) secara kontinuitas baik di lingkungan sekolah ketika pembelajaran tatap muka maupun di luar sekolah diyakini mampu mereduksi dan menghambat laju virus Corona.
Tumbuh, bervisi untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi melalui semangat kewirausahaan pemuda. Ekonomi kreatif secara mikro dapat dijadikan sebagai pijakan awal menumbuhkan jiwa-jiwa entreupreneur dikalangan pemuda dan pelajar. Diharapkan dengan usaha-usaha tersebut perkembangan ekonomi negeri dapat menggeliat kembali, tumbuh, dan berkembang lebih baik.
Tidak hanya itu, terdapat filosofis simbolis mengenai pemilihan logo dan warna peringaatan Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 2021. Angka 93 yang tersambung tanpa putus dengan gradasi warna kuning, oranye, merah, biru, dan hijau menandakan komitmen kuat pemuda Indonesia secara bersama-sama dalam memerangi pandemic COVID-19.
Sedangkan kolaborasi warna-warni gradasi lima warna merepresentasikan keberagaman kolaborasi pemuda Indonesia secara bersama-sama memiliki tekad kuat dalam mewujudkan kemandirian ekonomi Indonesia dengan semangat kewirausahaan.
Momentum peringatan Sumpah Pemuda dengan trisula kata “Bersatu, Bangkit, dan Tumbuh” seyogyanya dijadikan sebagai ajang untuk memperkuat rasa kesatuan dan keutuhan sebagai bagian dari Bangsa Indonesia dalam menghadapi tantangan yang diberikan zaman. (Ba/Cr/Hum).
Sekolah Sejarah Feature