; ; ;

SMA Negeri 1 Demak

Jl. Sultan Fatah No. 85 Demak

Maju Bersama Hebat Semua

MAKNA HARI KEBANGKITAN NASIONAL 2021 DAN PERAN PENDIDIKAN DULU HINGGA SEKARANG

Kamis, 20 Mei 2021 ~ Oleh Baihaqi Aditya ~ Dilihat 8470 Kali

SMANSADE- Bedil mungkin banyak menentukan hasil pada peperangan, akan tetapi fakta sejarah juga mencatat bahwa pendidikan dapat menjadi saluran untuk langkah awal dalam menggapai kemerdekaan.

Hari Kebangkitan Nasional Indonesia memiliki makna yang mendalam bagi persatuan bangsa. Suatu momen yang menjadi pengingat bahwa Republik Indonesia merupakan Negara yang memiliki berbagai macam perbedaan dan karakter didalamnya akan tetapi disatukan oleh nasionalisme. Melalui perjalanan sejarah yang heroik dan penuh makna perjuangan, Republik Indonesia pun lahir pada 17 Agustus 1945. Tetapi, benih-benih munculnya nasionalisme sebagai satu bangsa yang kuat sudah muncul sejak 20 Mei 1908. Tepat hari ini, 113 tahun yang lalu.

Akar Historis Kebangkitan Nasional

Sultan Agung Hanyakrakusuma, Sultan Mataram Islam keempat yang dikenal sangat gigih memperjuangkan tataran Jawa agar tidak jatuh ke tangan kompeni pada abad 17. Begitu juga dengan Sultan Hasanuddin, penguasa kharismatik dari Kesultanan Gowa-Tallo yang terkenal akan keberaniannya menantang Belanda dalam pertempuran habis-habisan penuh pengorbanan di Laut Makassar selama periode 1660-1667. Melompat dua abad setelahnya, tahun 1817 di tanah surga rempah-rempah terjadi pertempuran dalam rangka membebaskan Kepulauan Maluku dari cengkeraman penindasan kolonial Belanda. Perjuangan rakyat Maluku dipimpin oleh komandan yang sudah teruji bernama Thomas Mattulesy atau publik lebih mengenalnya dengan Kapitan Pattimura.

Rakyat Indonesia secara umum mengetahui bahwa ketiga contoh figur diatas adalah pejuang yang gigih, kusuma bangsa, sekaligus juga pahlawan nasional. Mereka berjuang demi independensi wilayah di Nusantara agar dapat lepas dari jerat penjajahan yang saat itu dilakukan oleh Belanda. Akan tetapi, fakta sejarah juga menggoreskan hal pahit bahwa perjuangan melalui saluran medan pertempuran semacam itu belum bisa memberikan kemerdekaan secara utuh. Rasa kedaerahan, terbatasnya komunikasi dengan wilayah lain saat itu, ketergantungan dengan pemimpin lokal, dan belum cukup kuatnya menyatukan perasaan senasib-sepenanggungan menjadi beberapa hal yang menjadi faktor primer.

Secercah harapan muncul di tahun 1908, ketika akses pendidikan mulai diperhatikan. Pemuda-pemuda harapan bangsa yang kelak menjadi tokoh nasional mulai bermunculan menawarkan dan mewartakan pentingnya strategi baru dalam berjuang dengan rasa persatuan sebagai one nation untuk memudahkan Indonesia menggapai kemerdekaan.

Organisasi Boedi Oetomo yang didirikan oleh Dr. Soetomo pada 20 Mei 1908 dijadikan sebagai tonggak kebangkitan nasional bangsa Indonesia. Dikutip dari catatan Akira Nagazumi pada Bangkitnya nasionalisme Indonesia hlm 230-231 yang dimuat oleh historia.id bahwa organisasi bentukan Dr. Soetomo tersebut muncul dibawah filosofi dan kebudayaan Jawa dengan mengakulturasikannya mengikuti garis modern Eropa. Hal ini menjadi sinyal bahwa dalam memperjuangkan kemerdekaan tidak hanya melalui kontak senjata, tapi juga bisa dengan bentuk penyadaran identitas kebudayaan yang dipadukan dengan pendekatan bangsa Barat.

Sejak saat itulah, arus perjuangan untuk kemerdekaan Indonesia mulai mengalami pergeseran. Penguatan nasionalisme sebagai satu bangsa menjadi tujuan para penggerak bangsa. Apalagi hal tersebut didukung dengan kemajuan teknologi saat itu berupa mesin pencetak surat kabar sehingga mobilitas informasi menjadi lebih cepat dan efektif. Berturut-turut semenjak munculnya Boedi Oetomo, organisasi-organisasi yang bergerak dibidang kemerdekaan mulai tumbuh. Seperti Indische Partij dengan nafas nasional dan Sarekat Islam memilih jalur perniagaan-keagamaan menjadi contohnya. Diplomasi, pena dan tinta sekarang menjadi wahana baru bagi tokoh dan organisasi nasional untuk menyuarakan kesetaraan, keadilan, dan kemerdekaan.

Satu hal yang perlu dicatat, bahwa para penggerak, penggagas, dan pendiri berbagai organisasi-organisasi kemerdekaan untuk membangkitkan nasionalisme adalah mereka-mereka yang berpendidikan. Betapa pentingnya peranan pendidikan dalam mencetak personal-personal yang mengabdikan dirinya berjuang untuk masa depan bangsa seperti Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Ki Hajar Dewantara, KH Wahid Hasyim, H. Ahmad Dahlan, Muhammad Yamin, dan Dr. Soetomo menjadi contohnya.

Kebangkitan Nasional 2021 dan Maknanya

Menteri Kominfo (Komunikasi dan Informatika) Johny Gerard Plate, dilansir dari artikel tentang Kebangkitan Nasional pada situ tirto.id dalam sambutannya di peringatan ke-113 tahun Hari Kebangkitan Nasional menyatakan bahwa peringatan Kebangkitan Nasional menjadi titik awal dalam membangun kesadaran untuk bergerak mengatasi berbagai permasalahan bangsa Indonesia.

Salah satu masalah bangsa yang dihadapi saat ini adalah terbatasnya pelaksanaan pendidikan formal akibat pandemi. Tantangan guru menjadi lebih besar dikarenakan harus dituntut tetap mampu menghadirkan generasi muda penerus bangsa yang berkarakter dan berwawasan global demi kelangsungan negara di masa depan. Melalui momen Kebangkitan Nasional 2021 inilah semua stakeholders yang terlibat di bidang pendidikan diingatkan kembali untuk terus memlihara, dan menguatkan semangat gotong royong sebagai landasan dalam pelaksanaan pembangunan dunia pendidikan Indonesia agar optimis dan progresif dalam kondisi apapun.

Sesuai dengan tema atau tagline Harkitnas 2021: “Bangkit! Kita Bangsa yang Tangguh!”. (BA/Hum).

Sekolah Sejarah Humas
  1. TULISAN TERKAIT