; ; ;

SMA Negeri 1 Demak

Jl. Sultan Fatah No. 85 Demak

Maju Bersama Hebat Semua

Gali Potensi Tersembunyi Melalui Penulisan Konten Sejarah Desa di Kota Wali

Minggu, 20 April 2025 ~ Oleh Baihaqi Aditya ~ Dilihat 805 Kali

Smansade UpdateKota Wali bak permata tersembunyi. Ratusan tahun silam pernah menjadi cahaya Islam yang berpendar. Namun kini, pesonanya seolah memudar. Menjadi kota kecil yang terhimpit diantara kota-kota tetangga yang lebih besar. Namun, Kota Wali masih menyimpan serpihan-serpihan unik yang terpendam. Berbentuk embrio sejarah lokal.

Kamis (17/04/2025), suasana sibuk terlihat di lantai dasar gedung C sekretariat daerah Kab. Demak. Pagi itu, sekitar pukul 08.00 WIB, pegawai dinas perpustakaan daerah Kab. Demak tampak melayani antrian peserta kegiatan yang antri untuk registrasi. Setiap peserta kegiatan mengisi daftar hadir, membubuhkan tanda tangan, dan mendapatkan seminar kit (tas punggung, buku catatan pribadi, dan bolpoin) sebelum dipersilahkan memasuki seminar hall. Suasana pagi yang dibersamai dengan udara dingin, langit mendung abu-abu, dan hujan tipis yang membasahi Demak kota tidak menyurutkan semangat peserta untuk mengikuti kegiatan bimbingan teknis “Kepenulisan Berbasis Konten Budaya Lokal 2025” yang diselenggarakan oleh Dinas Perpustakaan Daerah (Perpusda) Kab. Demak.

Terdapat tiga narasumber dalam kegiatan tersebut. Antara lain:  Setyo Nugroho, S.Pd., M.Pd., Dian Nafiatul Awaliyah, ST., M.Kp., dan Nur Hamid. Masing-masing narasumber menyampaikan bagian materinya dihadapan 50 peserta bimbingan teknis. Para peserta bimtek terdiri dari unsur pustakawan, pendidik, dan siswa-siswi.

“Menulis bukan bakat, melainkan bagian dari proses,” itulah kalimat pembuka yang disampaikan Setyo Nugroho, S.Pd., M.Pd. Ia menjadi narasumber dengan topik “Menggali Potensi Demak”. Inti yang disampaikannya yaitu mengajak peserta bimtek untuk menunjukkan kepedulian dengan ikut sumbangsih menulis akar historis desa atau dusun tempat tinggalnya menggunakan metodologi penelitian sejarah secara sederhana (heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi). Dapat pula menulis akar historis kuliner-kuliner legendaris di Demak. Diperbolehkan juga menuliskan sejarah budaya-budaya yang muncul di Demak.

Bagi Setyo Nugroho, seorang pengajar yang juga guru berprestasi hingga tingkat nasional mengatakan bahwa Kab. Demak sejatinya memiliki sejarah yang luar biasa. Tidak hanya lingkungan istana saja, namun juga sekrup yang lebih kecil seperti desa atau kampung. Menarik sebenarnya mengulik sejarah desa. Bagaimana desa tersebut dinamai demikian, adakah legenda lokal yang mengiringi kisahnya, apakah masyarakatnya saat ini masih mengetahui akar historisnya, dan lain sebagainya. Bahkan, menurutnya juga perlu menulis munculnya perumahan-perumahan modern di wilayah Demak. Saat ini memang, perumahan-perumahan tersebut usianya masih terlalu muda, namun 50 hingga 100 tahun lagi pasti menjadi bagian dari sejarah lokal Demak.

Narasumber kedua yaitu seorang dosen sekaligus peneliti bernama Dian Nafiatul Awaliyah, ST., M.Kp. Ia memfokuskan pada penyampaian teknik menulis esai dan artikel. Jadi, peserta bimtek nantinya dapat menulis dalam bentuk esai dan artikel sederhana namun menarik untuk dibaca dan pastinya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

“Tulis yang anda tahu dengan gaya kepenulisan anda sendiri. Diusahakan membubuhkan judul yang memikat, pembuka atau prolog yang kuat, kemudian isi dari interpretasi dibuat seobjektif dan semenarik mungkin dan ditutup dengan kesimpulan yang menyentuh pembaca,” menjadi kalimat penutupnya saat sesi menyampaikan materi selesai.

Sementara narasumber terakhir yaitu Nur Hamid. Ia adalah pengajar, penulis sekaligus penafsir sumber-sumber primer Kesultanan Demak. Sesi penyampaian materinya berkutat dalam hal mengajak peserta bimtek untuk lebih mencintai Demak melalui akar sejarahnya. Ia juga menceritakan sebagian sisi-sisi Kesultanan Demak yang jarang dibahas namun menarik dan ternyata out of the box. Narasumber juga menekankan pentingnya menulis untuk menyelamatkan identitas di masa depan. Menulis harus menggunakan perasaan agar lebih tersampailan kepada pembacanya.

“Bahasa adalah perasaan. Language is feeling..” menjadi semacam quotes ikonik dalam penyampaian narasumber yang juga merupakan pengajar bahasa Inggris tersebut.

Salah satu peserta bimtek, Fara Rabbani mengungkapkan antusias dan rasa senangnya.

“Sejujurnya, saya sangat merasa berterima kasih karena sudah diberikan kesempatan untuk mengikuti bimtek kemarin. Melalui hal tersebut, saya mendapatkan ilmu baru seperti tentang kemegahan sejarah Demak maupun tentang kepenulisan dan materi yang disampaikan. Tentunya sangat bermanfaat dan dapat membantu saya untuk meningkatkan pengetahuan saya. Saya merasa sangat senang bisa belajar dan mendapat ilmu baru dari para bapak dan ibu narasumber kemarin,” ungkap siswi SMAN 1 Demak yang duduk dibangku kelas XI tersebut.

Basah jejak hujan masih terasa dan terlihat begitu acara selesai sekitar pukul 13.00 WIB. Peserta bimtek membawa misi penting dan “ditantang” setelah bimbingan teknis: menelisik sejarah asal-usul desa atau kampung tempat tinggalnya.

Memaknai sejarah lokal ibarat mencari kepingan harta yang terkubur dan berserakan. Sudah saatnya penduduk yang tinggal diatas permukaan tanah rawa bersejarah ratusan tahun tersebut, bersama-sama berperan layaknya arkeolog yang mencari timbunan "harta karun" masa depan Kota Wali. Disusun, disatukan, dan menjadi kebanggaan. Sejarah desa, denyut nyawa penopang peradaban agar tak hilang identitasnya. (BA/Hum).

Sekolah Budaya Literasi

KOMENTARI TULISAN INI

  1. TULISAN TERKAIT